Dialog Komunitas Kreatif dengan Presiden RI
20:01Selasa, 4 Agustus 2015 adalah hari bersejarah untuk seluruh pelaku industri kreatif Indonesia. Beberapa perwakilan dari komunitas kreatif dan 18 sub-sektor ekonomi kreatif Indonesia berkumpul di.Indonesia Convention Exhibition (ICE) Tangerang dan berdialog secara langsung dengan para pemangku kepentingan. Sangat banga rasanya ketika mengetahui bahwa Bapak Presiden RI turut mempertimbangkan ide dan saran pelaku kreatif sebelum menyesun rencana kerja.
Sesuai judulnya format kegiatan adalah diskusi santai. Perwakilan memberi saran yang kemudian akan ditanggapi oleh Bapak Joko Widodo (Presiden RI) dan Bapak Triawan Munaf (Kepala Badan Ekonomi Kreatif RI). Sayangnya dengan waktu yang sangat singkat (sekitar satu jam) hanya 6 peserta yang dapat menyampaikan aspirasinya, yaitu: Lucky Kuswandi (Film), Nadiem Makarim (Aplikasi), Yovie Widayanto (Musik), Dewi Lestari (Penerbitan), Singgih Susilo Kartono (Desain), dan Ratna Riantiarno (Teater).
Suasana Dialog (Sumber: setneg.go.id) |
Pada tulisan ini saya akan membagi dua poin yang menarik bagi saya. Yang pertama adalah tanggapan Bapak Presiden dalam menanggapi saran dari Nadiem Makarim, CEO Gojek. Nadiem merasa usaha aplikasi tidak hanya sebatas jasa, tapi bisa juga mengubah kondisi sosial. Kemudahan dalam berdiskusi untuk menentukan regulasi akan sangat membantu. Bapak Presiden mengamini saran ini yang kemudian ditambahkan dengan ide membuat aplikasi dengan sentuhan ekonomi tradisional, contohnya aplikasi untuk nelayan berhubung bidang maritim adalah bidang lain yang sedang diintensifkan oleh pemerintah. Aplikasi ini bisa saja menunjukkan kondisi cuaca, pemetaan lokasi ikan, bahkan sampai menginformasikan harga di pasaran. Ide yang sederhana namun inspiratif.
Poin kedua adalah penjelasan dari Bapak Singgih. Sebenarnya menurut saya Bapak Singgih sendiri adalah pribadi yang unik. Ketika sarjana desain ramai-ramai mencari pekerjaan di kota besar, beliau dengan rendah hati pulang ke Desa Kandangan, Temanggung. Disini beliau mengembangkan Piranti Works (Magno) dan Spedagi. Pada kesempatan ini beliau turut mengajak para desainer untuk melakukan hal yang sama, membangun daerah asalnya. Desain bukan hanya untuk masyarakat urban, tapi juga rural. Buktinya desainer-desainer di kota pun seringkali memesan fabrikasi produknya kepada pengrajin di desa. Maka design center juga perlu dibangun di desa.
Walaupun saya turut menyambut baik kegiatan ini, saya masih mempertanyakan langkah Presiden dan Menteri yang seakan terus-terusan mengulang dari awal. Indonesia telah memiliki Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang didirikan pada tahun 2011 dan menghasilkan sebuah rencana kerja komprehensif sampai tahun 2025. Selain satu buku tebal Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Ekonomi Kreatif masih ada tambahan 18 buku Rencana Pengembangan Sub Sektor Nasional 2015-2019.
Semua buku ini dihasilkan melalui riset jangka panjang dan focus group discussion dengan para pelaku kreatif, jadi apabila tujuan utama kegiatan dialog adalah mengumpulkan insight tentu bukan hal baru. Maka saya rasa urgensi lebih tinggi ada pada mencoba menerapkan rencana tersebut dan diikuti dengan proses evaluasi. Alternatif lainnya adalah sama-sama membedah rencana kerja kementerian sebelumnya dan melihat hal-hal apa sajakah yang kurang atau masih relevan sampai menemukan ide yang belum pernah diusulkan.
Jika pada kementerian sebelumnya buku dibuat beratus-ratus halaman, ada baiknya pula Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) membuat quick guide yang bisa dipahami oleh seluruh pelaku kreatif. Isinya bisa tentang visi misi, rencana pengembangan, sampai peraturan-peraturan penting, Dengan ini seluruh pelaku kreatif memiliki kompas dan dapat begerak ke arah yang sama. Hal ini telah dilakukan dengan baik oleh beberapa negara maju, misalnya Creative Overview milik UK. Semoga saran ini bisa dipertimbangkan sehingga ekonomi kreatif Indonesia tidak melulu stuck di tahap 'perencanaan'.
Jika masih penasaran, dokumentasi siaran dapat disaksikan lewat video di bawah, Siaran diambil dari program Sapa Indonesia Pagi di KompasTV.
0 comments