Workshop #BeginTheAction Samsung IdeAction
22:38Walaupun pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan seperti di post ini, saya tetap tidak kapok untuk mengikuti setiap lomba tanpa biaya pendaftaran. Menurut saya pada prinsipnya ada 2 hal yang tidak bisa diulang di dunia ini, yaitu waktu dan peluang. Jadi jangan lupa untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Gagal tidak apa-apa yang penting tidak menyesal.
Pada pertengahan Juni kemarin lagi-lagi saya menemukan link lomba dari Twitter, yaitu IdeAction yang diadakan oleh Samsung Indonesia. Peraturan lombanya cukup sederhana, hanya perlu membuat presentasi 1 halaman mengenai ide yang akan dikembangkan dengan bantuan Samsung Galaxy Tab A. Saya pun mengirim 1 buah ide baru yang merupakan pengembangan dari brand saya, ARKANA.
Kampanye ini diinisiasi sebagai pilot project yang akan saya jadikan acuan dalam pengembangan ARKANA ke arah social enterprise. Saya masih belum berani apabila langsung menargetkan gerakan sosial secara menyeluruh karena masih banyak yang harus dipelajari dalam sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban. Dibandingkan dengan meminta dana lewat sistem crowdfunding seperti beberapa social enterprise lainnya, saya ingin berusaha menemukan sistem terlebih dahulu. Dalam pendistribusian buku saya akan bekerjasama dengan organisasi sosial yang telah berkecimpung di bidang ini. Apabila memungkinkan saya pun ingin ikut terjun langsung dalam proses pendistribusian buku ke Papua.
Worskhop diadakan di Hotel Morrissey Jakarta selama dua hari. Pada pagi hari saya langsung berkenalan dengan empat peserta lainnya: Carla (Surabaya), Dinar (Cimahi), Rizki (Bandung), dan Rian (Jakarta). Masing-masing dari kami langsung mendapatkan Samsung Galaxy Tab A karena akan digunakan di kelas. Awalnya kami diajari sebentar untuk memanfaatkan fitur-fitur yang ada terutama S-Pen yang sangat canggih.
Rian, Carla, Dinar, saya, Rizki, dan hadiah Samsung Galaxy Tab A |
Workshop diadakan dalam ruang rapat tertutup yang nyaman. Materi pertama diisi oleh Wendy Pratama selaku CEO dari Lingkaran.Co, partner Samsung dalam penyelenggaraan IdeAction. Karena peserta hanya 5 orang suasana kelas jadi sangat kondusif dan menyenangkan. Biasanya dalam kegiatan seperti ini saya harus antri untuk bertanya, tapi kemarin malah bisa berdiskusi.
Materi dari Wendy adalah mengenai Business Model Blocks dan Value Proposition Design. Business Model Blocks sebenarnya adalah pengembangan dari Business Model Canvas tapi didesain untuk lebih fleksibel dan tidak terbatas pada kotak-kotak seperti pada BMC. Intinya adalah menemukan elemen-elemen apa saja yang akan terlibat dengan perusahaan (misalnya vendor, supplier, retail shop, konsumen) dan interaksi timbal balik apa saja yang akan didapatkan antara perusahaan dan elemen tersebut. Yang terpenting adalah dimana saja perputaran uang akan terjadi?
Berikutnya Value Proposition Design. Saya sudah lama mengincar buku VPD tapi belum sempat membeli, untungnya pada kesempatan ini saya bisa belajar dan praktek secara langsung. Value Proposition Design adalah suatu sistem atau perencanaan untuk mencari titik temu antara kebutuhan calon pengguna dan penawaran perusahaan. Caranya bisa menggunakan Value Proposition Canvas. Jangan lupa print di kertas besar dan siapkan post it kalau ingin mencoba! Perhatikan gambar di bawah dan warna post it yang digunakan sebelum tutorial singkatnya dilanjutkan.
Value Proposition Canvas ARKANA |
Pada canvas terdapat 2 bagian yaitu value proposition (perusahaan) dan customer segment. Langkah pertama tentukan segmentasi konsumen yang diincar. Jangan memilih segmentasi yang terlalu luas, misalnya saya menjabarkan dari segi demografi, psikografi, dan karakter yang dimiliki. Selanjutnya kita diharuskan untuk bermain peran dan memposisikan diri sebagai target konsumen untuk mengisi bagan di bawahnya. Bisa saja kita tidak termasuk dalam segmen tersebut, jadi memang harus pintar-pintar membayangkan atau bisa juga melakukan survey. Tentukan customer jobs (pekerjaan dan perilaku), pains (masalah), dan gains (keinginan) dari target konsumen.
Setelah itu kita bisa pindah ke bagan berikutnya yaitu value proposition. Bagian ini lebih mudah karena benar-benar menggambarkan perusahaan atau brand kita. Dalam membuatnya jangan menyontek ke bagan sebelah karena tujuan utama VPC adalah mengetahui apakah ada ketidaksinambungan antara perusahaan dan konsumen. Kali ini tentukan products & services, pain relievers (kemudahan yang ditawarkan), dan gain creators (nilai tambah).
Apabila seluruh bagian bagan telah terisi waktunya melakukan pengecekan ulang. Pasangkan masing-masing bagian (utamakan yang warnanya sama) di value proposition dan customer segment. Beri tanda silang apabila ada yang tidak sesuai. Misalnya pada contoh ARKANA belum ada nilai tambah yang mengakomodasi customer gains untuk do something positive. Maka dari itu ARKANA harus membuat social campaign sebagai solusi. Lalu ada lagi bagian certified atau sertifikasi sebagai pain relievers namun ternyata target konsumen tidak membutuhkannya karena diasumsikan target konsumen sudah cukup familiar dengan belanja online. Nah dari sini saya bisa mengesampingkan keinginan untuk mendaftarkan merek dan sebagainya karena urgensinya kurang.
Hasil akhir dari VPD adalah sebuah kalimat yang dapat digunakan untuk pitching. Contohnya dapat dilihat pada slide di atas halaman 22 dan 23. Ini akan menjadi pegangan perusahaan dalam melakukan pengembangan ke depannya.
Lumayan berat ya materinya? Untungnya setelah ini materi dari Agatha Carolina, founder Monstore, lebih ringan dan lebih ke arah sharing. Masukan yang paling saya ingat adalah untuk membiarkan perusahaan berkembang secara organik. Saat ini banyak sekali perusahaan yang baru berjalan satu dua tahun tapi sudah berani mengincar investor besar. Cara ini tidak selalu berhasil karena akan meninggalkan hutang yang besar juga. Menurut Agatha akan lebih baik apabila perusahaan berkembang secara mandiri walaupun mungkin prosesnya lebih lama. Tapi dengan ini founder dapat benar-benar mengetahui permasalahan apa saja yang muncul dan menguasai bisnis secara menyeluruh. Pengembangan tetap bisa dilakukan dengan memutar profit yang ada sedikit demi sedikit.
Suasana workshop saat saya sedang mempresentasikan action plan |
Hari kedua kembali lagi ke workshop utama bersama Wendy untuk membuat Action Plan selama 3 bulan ke depan. Ini merupakan poin utama dari workshop IdeAction sesuai dengan temanya yaitu #BeginTheAction. Mungkin bisa juga dicontoh untuk teman-teman yang baru mulai mengembangkan bisnisnya.
Sebelum membuat Action Plan, tentukan dulu Key Activities dari perusahaan atau brand. Untuk mempermudah saya membuat Key Activities khusus 3 bulan ke depan yaitu: establish bookbinding studio, leverage sales, social campaign, dan customer engagement. Maka Action Plan yang dibuat harus fokus sesuai dengan Key Activities tersebut. Tidak bisa misalnya dalam 3 bulan ini saya ingin berekspansi ke arah stationary karena fokusnya belum ke arah sana,
Menentukan key activities utama dari ARKANA untuk 3 bulan ke depan |
Berangkat dari Key Activities, kita bisa menentukan target bulanan, mingguan, bahkan harian. Sistem pemantauannya bisa menggunakan Scrum Board. Intinya kita menuliskan To-Do List secara umum dalam satu kolom. Kemudian buat juga kolom Not Started, In Progress, dan Done. Dengan ini kita dapat mengetahui sejauh mana perkembangan pekerjaan apabila jika memiliki tim. Papan ini bisa dibuat besar di tengah-tengah ruang kerja dengan post it yang bisa dipindah-pindah. Diharapkan dengan terbiasa menggunakan Scrum Board pekerjaan akan lebih sistematis karena tujuan utama perusahaan adalah bisa bergerak secara autopilot.
Selesai membuat Action Plan dilanjutkan dengan sharing bersama Catherine Sumitri dari Feastopia dan Keenan Pearce dari Euphoria Project. Selain entrepreneur dan chef Catherine juga adalah seorang celebgram, jadi workshop social media branding ini banyak dilakukan dalam bentuk praktik. Khususnya pada Instagram setiap foto harus memiliki image yang sama dan usahakan memiliki cerita. Contohnya gunakan satu filter dan warna-warna utama untuk setiap foto.
Sesi bersama Keenan Pearce mengambil tema team building. Pengalaman Keenan saat membuat Euphoria Project cukup unik karena ia menyebarkan kartu nama kepada siapapun yang dilihatnya cocok untuk dijadikan tim, bahkan orang asing yang sedang melakukan presentasi. Keenan percaya bahwa bisnis yang sustainable tidak bisa dimulai dari pertemanan tapi harus sepenuhnya profesional. Kebanyakan dari kita terjebak membuat bisnis dengan teman-teman dengan latar belakang pendidikan atau skill yang sama padahal pada penerapannya tidak relevan. Misalnya sebuah start up yang membuat aplikasi Android idealnya berisi tim dengan latar belakang Teknik Informatika, Desain Grafis, dan Manajemen. Jangan lupa juga untuk memilih salah seorang yang memiliki saham paling besar. Apabila tidak sangat mungkin terjadi masalah dalam pembagian keuangan, karena ada yang merasa bekerja lebih banyak atau lebih sedikit.
Selanjutnya tahap terakhir dari IdeAction, yaitu presentasi! Kelima peserta diharuskan mempresentasikan idenya beserta perkembangan dari beberapa workshop sebelumnya. Presentasi ini ditujukan untuk memilih satu pemenang utama untuk mendapatkan modal sebesar 10 juta Rupiah untuk mewujudkan idenya. Dengan usaha semaksimal mungkin, saya senang sekali karena Samsung memberi kesempatan untuk membantu mewujudkan ide saya. Tentu saja apa yang saya dapat selama workshop ini akan saya jadikan bekal untuk membangun ARKANA ke depannya. Tidak lupa juga terimakasih kepada seluruh pembicara yang sudah menginspirasi saya!
Bersama juri IdeAction: Wendy Pratama, Catherine Sumitri, dan Keenan Pearce |
Dari beberapa workshop dan kelas online yang pernah saya ikuti, workshop ini merupakan salah satu workshop terbaik! Rasanya benar-benar melakukan sesuatu yang berguna di bulan puasa ini karena acaranya sangat padat. Salut dengan panitia dan pembicara yang tidak setengah-setengah dalam memberikan materi. Belum lagi apabila menyebutkan fasilitas lainnya seperti hotel bintang empat dan LO yang profesional. Jadi kalau tertarik dengan pengalaman ini jangan lupa follow media sosial Samsung Indonesia karena setiap bulannya selalu ada lomba menarik.
Bersama peserta dan panitia dari Pensil selaku event organizer |
Akhirnya lewat ARKANA dan kampanye ini saya akan terus mensosialisasikan manfaat membaca dan menulis (meskipun kadang menulis pun sudah mulai tergeser dengan mengetik). Seperti kutipan favorit saya dari Pramoedya Ananta Toer, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
Semoga Action Plan 3 bulan ke depan dapat berjalan dengan lancar dan kampanye ini dapat berlanjut seterusnya! Kalau ada yang masih penasaran dan ingin dibantu membuat Value Proposition Canvas atau Action Plan silakan main-main ke studio ARKANA ya!
OFFICIAL VIDEO
6 comments
Luar biasa...... semoga sukses untuk ARKANA dan kemampuan menulisnya...... GOOD LUCK....
ReplyDeleteAlhamdulillah ya
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletewah ul menarik ulasannya, jadi pengen ketemu hahaha. Btw yang Scrumboard itu di kantor gue juga pake, dan amaze sih bisa jelas banget progress kita sampai mana dan bisa track progress kita pake Burndown chart.
ReplyDeleteWah sesekali ketemuan ul ngobrol2 deui, sayang baru baca sekarang - sekarang.
Wah mau banget zan #obrolanserius tapi kalau udah rame-rame susah hahaha
DeleteWah mau banget zan #obrolanserius tapi kalau udah rame-rame susah hahaha
Delete